Teknik Jitu Membuat Embung
Guna mengatasi dampak perubahan iklim terutama kekeringan pada lahan sawah, Balai Penelitian Lingkungan Pertanian (BALINGTAN) Jakenan Pati menemukan teknologi jitu untuk membuat embung atau tandon air.
Dr. Ir. Dedi Nursyamsi, M.Agr,
Kepala Balai Penelitian Lingkungan Pertanian Pati Jakenan mengatakan salah satu alternatif untuk meningkatkan produktivitas sawah tadah hujan terutama pada iklim yang tidak menentu akibat pemanasan global adalah membangun tandon air “Embung” untuk menampung kelebihan air pada musim hujan dan memanfaatkannya pada musim kemarau.
Kepala Balai Penelitian Lingkungan Pertanian Pati Jakenan mengatakan salah satu alternatif untuk meningkatkan produktivitas sawah tadah hujan terutama pada iklim yang tidak menentu akibat pemanasan global adalah membangun tandon air “Embung” untuk menampung kelebihan air pada musim hujan dan memanfaatkannya pada musim kemarau.
Sasaran pembangunan embung adalah pada daerah yang memiliki kondisi wilayah tipe iklim C dengan 5-6 bulan basah, iklim D dengan 3-4 bulan basah, dan tipe iklim E kurang dari 3 bulan basah (bulan basah menerima curah hujan 200mm/bulan, bulan kering 100 mm/bulan.
Dedi mengatakan pembuatan embung ini memiliki manfaat yang cukup besar mengingat lahan sawah tadah hujan, air untuk pertanian seluruhnya tergantung dari curah hujan.
Distribusi dan intensitas hujan yang tidak menentu maka kekeringan dapat terjadi setiap saat tidak mengikuti interval waktu tertentu. Pola tanam sawah tadah hujan secara umum; Padi Gogo Rancah (Oktober-Januari) - Padi Walik Jerami (Februari-Mei) - Palawija (Juni-Agustus). Tanaman kedua (padi walik jerami) hasilnya sangat rendah bahkan sering gagal panen karena tanaman mengalami kekeringan pada fase pengisian biji.
“Oleh karena itu diperlukan cadangan kebutuhan air untuk sawah tadah hujan dengan menerapkan teknologi embung agar produksi padi tetap meningkat,” kata Dedi saat ditemui beberapa waktu lalu di Jakenan Pati usai Kunjungan Wakil Menteri Pertanian ke sana.
Kapasitas Tampung Embung menurut hasil perhitungan DAS (Daerah Aliran Sungai) seluas 10 ha selama 8 bulan menghasilkan volume air hujan dan air aliran permukaan masing-masing sebesar 136.300 dan 13.240 m3, ini berarti air aliran permukaan sebesar 9,71% dari volume air hujan. Rasio aliran permukaan terhadap volume air hujan adalah sebesar 10-24%. Dengan kapasitas tampung air sebesar 13.240 m3, apabila akan dibangun embung pada DAS seluas 10 ha kedalaman efektif air 2,5 m maka luas permukaan embung sebesar 5.296 m2.