Teknologi Sederhana Adaptasi Perubahan Iklim

Indonesia sudah bertekad untuk meraih surplus produksi beras 10 juta ton tahun 2015. Namun di tengah-tengah tekad ini ada proses alami yang sedang mengancam, yaitu perubahan iklim. Kondisi iklim tersebut telah mendorong peningkatan ancaman kekeringan, banjir dan ancaman organisme pengganggu tanaman (OPT).

Akibatnya pola tanam menjadi kacau yang berdampak signifikan terhadap produksi pertanian bahkan banyak yang gagal panen. Akhirnya berdampak pada penurunan produksi pertanian. Bahkan secara runtut berpengaruh terhadap sistem sumberdaya, terutama lahan dan air, serta terhadap sistem sosial ekonomi petani. 


Tanaman pangan merupakan sektor yang paling rentan terhadap perubahan iklim, sehingga tanpa antisipasi atau intervensi, maka pencapaian target surplus produksi beras 10 juta ton tahun 2015 bisa terancam.
Karenanya untuk mengantisipasi perubahan iklim di sektor pertanian diperlukan analisis dan delineasi wilayah terkait dengan tingkat kerentanan serta dampaknya terhadap sektor pertanian, perlu adanya strategi sektor pertanian menghadapi perubahan iklim dan lingkungan baik dalam upaya antisipasi maupun, mitigasi dan adaptasi.

Bagi sektor pertanian khususnya komoditi yang berumur pendek maka upaya adaptasi untuk mengurangi dampak dan kerentanan terhadap perubahan iklim jauh lebih penting. Upaya adaptasi boleh dikatakan sebagai upaya penyelamatan, baik dalam meraih dan mempertahankan ketahanan pangan maupun dalam upaya peningkatan kesejahteraan petani.

Upaya adaptasi itu misalnya mengembangkan pertanian yang tahan (reliance) terhadap variabilitas dan perubahan iklim saat ini dan mendatang. Selain mengembangkan teknologi melalui inovasi, terlebih penting adalah mengidentifikasi dan mengevaluasi berbagai teknologi yang sudah dikembangkan dan diterapkan petani, tetapi sangat adaptif terhadap perubahan iklim. Adaptasi ini cukup banyak, baik tehnologi hasil penelitian maupun kearifan lokal berupa teknologi sederhana yang adaptif terhadap perubahan iklim, baik yang berdasarkan “by design” ataupun tidak.

Oleh karena itu perlu kegiatan identifikasi dan komunikasi tehnologi sederhana yang adaptif terhadap perubahan iklim sesering mungkin dilaksanakan.
Maka perlu menempatkan program aksi adaptasi pada tanaman padi sebagai prioritas utama dalam upaya mencapai surplus 10 juta ton beras.

Artinya perlu dihasilkan paket-paket teknologi adaptasi perubahan iklim yang sederhana, murah dan mudah diterapkan dan bermanfaat bagi petani sehingga sasaran produksi pertanian dapat tercapai, khususnya mencapai surplus beras 10 juta ton pada tahun 2015.