Menjelang awal Musim tanam

Awal musim tanam selalu menjadi saat yang membahagiakan bagi para petani, terutama para petani tadah hujan yang sudah lebih dari enam bulan menunggu jatuhnya air hujan. Semua persiapan telah dilakukan termasuk mempersiapkan lahan tanam dengan mencangkul, membersihkan saluran air, dan mempersiapkan benih.


Uang untuk membeli pupuk, pestisida, dan membayar biaya biaya garap juga sudah dipersiapkan. Bahkan lumbung tempat penyimpanan hasil panen juga sudah dibersihkan, siap menyimpan hasil panen.
Ada kebahagiaan dan kebanggaan menyongsong datangnya musim tanam. Di setiap langkahnya menuju sawah ada harapan agar tanaman padinya tumbuh subur dengan hasil panennya melimpah. Di setiap ayunan cangkulnya ada doa agar bisa sejahtera hasil panen kali ini.

Namun di sudut hatinya juga muncul kekhawatiran, jangan-jangan sawahnya diserbu wereng atau tikus. Muncul juga kegelisahan akan datangnya banjir, angin ribut, atau gangguan alam lainnya. Di sudut hati yang lain juga hadir keraguan, apakah bisa tanaman padinya tumbuh subur dengan bulir padi yang bernas nantinya.
Selain itu, para petani juga selalu dihantui kekhawatiran akan hilangnya berbagai sarana produksi yang sangat dibutuhkan ketika mengelola usahataninya. Pengalaman selama ini menunjukkan, pupuk yang menjadi kebutuhan para petani bisa tiba-tiba hilang dari pasar.

Ketika para petani sedang membutuhkan pupuk ternyata pupuk tidak tersedia, dan tidak bisa dibeli. Kalaupun ada harganya bisa melonjak setinggi langit. Hal ini bukan saja membuat petani tidak bisa memupuk lahannya, lebih dari itu juga akan berdampak pada produksi pangan secara keseluruhan.

Kekhawatiran yang menghantui para petani juga akan berlanjut hingga nanti ketika menjelang panen. Harga panen padi dan semua jenis tanaman para petani selalu jatuh ketika memasuki musim panen raya. Para petani tentu berharap cemas setiap kali menanam sawah dan ladangnya.